DINAMIKA KURSUS BAHASA INGGRIS PARE (1)

Kampung Inggris ( Kampoeng Inggris Pare ), Pada periode tahun 2004 – 2009 saya dipilih menjadi ketua HIPKI (Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia) Kabupaten Kediri, melalui musyawarah para penyelenggara kursus se-Kabupaten Kediri di aula kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.




Saya tahu persis data potensi kursusan yang ada di Kabupaten Kediri, tidak hanya bahasa Inggris tapi kursusan-kursusan yang lain, termasuk Komputer, Rias Penganten, Menjahit, Mengemudi, dll. Dari kursusan yang terdata di keanggotaan HIPKI, maka kursusan bahasa Inggrislah yang paling banyak se Kabupaten Kediri, dan tempatnya adalah di Pare.


Berbicara tentang dinamika kursus bahasa Inggris di “Daerah Istimewa Pare” yang punya karakter khusus dan cita rasa tersendiri maka mau tidak mau harus diurai dari the founding father-nya adalah pak Kalend, pendiri BEC (Basic English Course), karena lembaga inilah yang tertua di Singgahan Pare. BEC didirikan pada tanggal 15 Juni 1977.


Adapun materi pembelajaran maupun media, strategi, sumber pembelajaran, dan evaluasinya sangat-sangat sederhana, makanya “brand” sebagai “trade mark” yang dipakai oleh pak Kalend tidak muluk-muluk, cukup “BEC” alias Kursus Bahasa Inggris (tingkat) Dasar. Tapi yang sangat mahal dan tidak sederhana adalah goal dan kedisiplinan serta karakternya yang ditanamkan kepada siswa. Meskipun sering dicibir orang dengan bahasa ironical maupun terus terang karena materinya terlalu rendah tapi pak Kalend tidak peduli. “Lebih baik materi rendah dengan kualitas tinggi daripada materi tinggi tapi kualitas rendah.” Begitu ungkapan yang pernah saya dengar. “Kalau materi kita dicap rendah justru tanggung jawabnya lebih mudah”. Begitu kata pak Kalend.


Goal yang dijadikan capaian oleh BEC adalah setelah tamat belajar siswa harus bisa berkomunikasi dengan orang asing yang berbahasa Inggris terutama native speaker. Saya yakin goal ini tidaklah mudah untuk mencapainya.


Selama ini goal tersebut telah tercapai. Setiap ujian akhir siswa ini dihadapkan kepada turis berbahasa Inggris dan setelah itu turis tersebut dimintai komentarnya secara objektif tentang kemampuan anak tersebut dalam berbahasa Inggris. Dan mayoritas mereka para turis tersebut angkat jempol, sangat apresiatif, bahkan ada yang tidak percaya kalau belajar cuma beberapa bulan bisa selancar itu bahasa Inggrisnya. Bagi pembaca yang belum percaya silakan dicoba.


Tentang Kedisplinan dan karakter yang ditanamkan pak Kalend kepada para siswanya, saya yakin semua alumni yang membaca ini sepakat kalau pak Kalend orangnya sangat disiplin. Beliau kalau bicara selalu selaras dengan hati dan tindakannya. Artinya pak Kalend orangnya jujur, lugu, sederhana, tidak terbiasa kompromi, atau memberi kebijaksanaan yang tidak bijak, tidak suka basa-basi. Tidak sedikit orang yang merasa “tidak cocok” dengan beliau, karena pak Kalend jarang melakukan deal-deal dengan orang atau institusi lain yang berbau “selingkuh”.


Untuk menanamkan karakter dan kedisiplinan, pak Kalend mendidik para siswanya untuk menghargai waktu. Makanya kalau siswa datang ke kursus tidak hanya “on time” tapi harus “in time”. Sepuluh menit sebelum kelas dimulai siswa harus sudah ready di kelas, jika terlambat resikonya mendapatkan punishment.


Sedangkan untuk menghargai diri sendiri serta menghargai ilmu maka siswa wajib berakhlak yang baik juga berpakaian rapi, karena ini bagian dari karakter building. Beliau berharap agar nanti kalau terjun di masyarakat sudah tidak “gadhok” lagi atau bingung tapi soft skill-nya langsung jalan karena sejak dini sudah dilatih di kursusan.


Itulah gambaran kursus BEC yang menjadi cikal bakal Kampung Inggris Pare, bagi yang mau mengakui. Bagaimana dengan kursusan yang lain? Mayoritas kursusan yang ada di Pare sampai pada tahun 1998 adalah alumni BEC, kalaupun tidak alumni BEC, biasanya alumni dari alumni BEC atau istilahnya cucunya BEC, tapi tetap ada juga yang bukan alumni BEC sama sekali. (bersambung)

Admin
Admin Tertarik pada dunia pendidikan, karena melalui pendidikan manusia bisa menggapai impiannya, dan menjadi pendidik adalah tugas paling mulia.

Posting Komentar